Rabu , 2 Juli 2025
Hj Nunu Andriani
Ketua TP PKK Kabupaten Pulang Pisau Hj Nunu Andriani SE

Sosok RA Kartini di Mata Hj Nunu Andriani: Sumber Inspirasi Perempuan

NUSAKALIMANTAN.COM, Pulang Pisau – Raden Ajeng Kartini merupakan salah satu pahlawan nasional yang menginspirasi banyak perempuan. Tak terkecuali bagi Ketua TP PKK Kabupaten Pulang Pisau Hj Nunu Andriani SE.

Menurut Hj Nunu, semangat RA Kartini dalam memperjuangkan hak kesetaraan gender patut dikagumi oleh setiap perempuan di Indonesia. “Semboyan Habis Gelap Terbitlah Terang, semboyan ini  yang sangat terkenal telah menginspirasi banyak perempuan Indonesia, termasuk saya sendiri,” kata Hj Nunu Andirani yang juga Plt Kadis Pendidikan Kabupaten Pulang Pisau ini.

Hj Nunu yang juga pendamping hidup Bupati Pulang Pisau H Edy Pratowo ini menganggap Kartini adalah sosok perempuan yang sangat mengesankan. Baginya, Kartini mampu menuliskan pemikiran dan perjuangannya dalam surat yang indah, meski ada nada kesedihan.

“Kartini sosok contoh mengagumkan. Buat orang Indonesia, dia simbol persamaan hak perempuan dan bahkan dirayakan dengan seremonial parade baju tradisional, dia perempuan kebanggaan bangsa Indonesia,” ucapnya.

Hj Nunu menceritakan sekilas biografi RA Kartini yang lahir di Jepara, Jawa Tengah, pada 21 April 1879. Putri pasangan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan M.A. Ngasirah ini dikenal sebagai tokoh emansipasi perempuan, yang memperjuangkan hak kesetaraan perempuan dalam pendidikan.

“Kartini terinspirasi kemajuan berpikir perempuan Eropa. Sehingga mendorongnya untuk mengangkat status sosial perempuan pribumi yang dipandang rendah kala itu,” ujar Hj Nunu.

Pada usia 12 tahun, Kartini disekolahkan di Europese Lagere School (ELS). Di sekolah inilah Kartini mulai belajar Bahasa Belanda. Saat sekolah di ELS itu Kartini mulai tertarik dengan kemajuan berpikir perempuan Belanda. Dari situlah timbul niatnya untuk memajukan perempuan pribumi yang menurutnya berada pada status sosial yang rendah.

“Melihat sejarah Kartini menunjukkan pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan sebagai modal untuk memperjuangkan kesetaraan gender, sebab melalui pendidikan yang memadai akan membuat pemikiran perempuan semakin maju dan moderen,” kata Hj Nunu.

Sebelum berumur 20 tahun, lanjut Hj Nunu, Kartini banyak membaca dan menulis untuk surat kabar berbahasa Belanda. Dia juga suka berkirim surat dengan teman korespondennya di Belanda. Perhatian Kartini tak hanya soal emansipasi wanita, namun juga masalah sosial umum lainnya.

Pada usia 24 tahun Kartini dijodohkan dengan Bupati Rembang, K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Suaminya itu mendukung perjuangan Kartini untuk mendirikan sebuah sekolah wanita di Kota Rembang.

Namun perjuangan Kartini harus berakhir lebih cepat. Dia meninggal pada 17 September 1904, empat tahun setelah melahirkan anak pertamanya.

Tiap tanggal kelahirannya 21 April kini diperingati sebagai Hari Kartini yang menyimbolkan kebangkitan perempuan Indonesia.

“Jika kaum perempuan Indoensia saat ini memiliki semangat untuk belajar, mengenyam pendidikan yang tinggi dan memiliki kepekaan sosial serta mempunyai pemikiran maju, dialah Kartini moderen masa kini, kita semua kaum perempuan bisa mengikuti jejaknya dengan berkarya sesuai bidangnya masing-masing, baik di dunia pendidikan, politik dan pembangunan, intinya kaum perempuan harus berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan daerahnya,” papar Hj Nunu Andirani. (nk-1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *