NUSAKALIMANTAN.COM, Kuala Kapuas – Reaksi pernyataan sikap protes terhadap pernyataan Edy Mulyadi marak dilakukan. Baik di tingkat pusat, tingkat provinsi, hingga ke tingkat Kabupaten. Berbagai aliansi dan organisasi suku Dayak menunjukan sikap terhadap sebutan tempat “Jin Buang Anak” dan sebutan “Monyet”. Saat menyatakan penilaian IKN ke Kalimantan Timur. Selama dalam suasana damai dan tetap menjaga situasi Kamtibmas yang tetap kondusip nada protes sah sah saja. intinya diharapkan jangan salah menilai tentang Kalimantan.
Seperti beberapa hari yang lalu, di Kota Kuala Kapuas mengambil tempat di Bundaran Raja Bunu, Jalan Tambun Bungai Kuala Kapuas, aksi unjuk rasa dari Organisasi Barisan Pertahanan Masyarakat Adat Dayak (Batamad) terkait adanya Video pernyataan Edy Mulyadi dengan kata kata hinaan yang ditujukan pada masyarakat Kalimantan.
Penyampaian aspirasi diterima dan pelaksanaan demo tersebut, Kapolres Kapuas AKBP Manang Soebeti SIK melalui Kabagops Kompol Edia Sutaata, sudah memberikan himbauan kepada peserta aksi agar dalam menyampaikan aspirasi tidak membuat keributan,
“Kami memberikan pengawalan dari titik kumpul massa hingga ke Bundaran Raja Bunu agar saat melakukan aksi tidak mengganggu aktifitas masyarakat yang lain, dan selesai menyampaikan aspirasi para peserta aksi membubarkan diri dengan tertib dan tentu juga dikawal oleh pihak kepolisian,” jelas Kabagops.
Kepala Badan Kesbangpol Kapuas, Hj Marlina Kaspiati SE MAB, ditemui di Kantor Badan Kesbangpol Kapuas, Senin (31/1) Pukul 09.00 WIB, juga mengapresiasi banyak organisasi yang telah melakukan pernyataan sikap, bahkan ditingkat pusat Aliansi Borneo Bersatu melalui DPR RI pada RPDU dengan Komisi III, dimana kita lihat wakil rakyat disana yang orang Kalimantan seperti dari Dapil Kalimantan Tengah Ibu Ary Egahni, dari Kalimantan Selatan Pangeran Khairulsaleh dan lainnya, menyampaikan aspirasi dan menerima perwakilan masyarakat Dayak dari lima propinsi di Pulau Kalimantan,
“Semoga tidak ada lagi kata kata yang bisa membuat ketersinggungan atau bernuansa sara yang akhirnya akan memunculkan perpecahan, dan saling menghargai antar suku agama dan beratu dalam keragaman dengan falsafah Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Mari mengenal keaneka ragaman sebagai asset dan tidak menyudutkan satu sama lain,” ujar Marlina lagi. (wan)