NUSAKALIMANTAN.COM, Pulang Pisau – Secara fisik, hewan reptil bergigi tajam yang disebut Crocodylus porosus dalam bahasa latin ini adalah hewan Karnivora yang hidup di sepanjang sungai, muara, dan pesisir laut.
Buaya muara adalah hewan aktif saat siang dan malam, dan termasuk hewan yang membahayakan manusia jika berada didekatnya.
Namun ternyata, dibalik penampilan fisik buaya yang ganas, entah mitos atau legenda, Muara Sebangau juga menyimpan kisah misteri yang mengandung mistis. Seperti yang diungkapkan Kepala Desa Paduran Sebangau Bahtiar tentang kisah kerajaan buaya yang ada di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Sebangau, Kecamatan Sebangau Kuala, Kabupaten Pulang Pisau, Kalteng.
Bahtiar mengungkapkan, DAS Sebangau selain merupakan habitat terbesar buaya muara, juga diyakini masyarakat setempat menyimpan kisah mistis yang bersumber dari dari orang dahulu, bahwa terdapat istana kerajaan gaib dari kalangan alam sebelah (bangsa jin) dengan wujud buaya.
Menurut Bahtiar, keberadaan istana gaib itu diduga berada di wilayah dimana para pekerja bandsaw di Muara Sebangau itu bekerja, karena dianggap menggangu, para pekerja bandsaw itu kerap mendapat teror buaya hingga menimbulkan korban meninggal akibat diseret buaya ke dalam air.
“Cerita ini bagi warga asli Sebangau Kuala tak asing lagi, bahwa terdapat istana kerajaan gaib. Dari cerita orang yang paham tentang hal gaib, para penghuninya merasa terusik dengan adanya bandsaw,” ungkap Bahtiar yang pernah merasakan keberadaan istana kerjaan gaib tersebut.
Meski begitu, menurutnya, tak dipungkiri setiap daerah dan tempat tentunya masing-masing menyimpan kisah mistis yang ceritanya menjadi turun temurun.
“Memang kalau bagi orang yang belum tahu dan mungkin tidak masuk akal, maka akan membantah cerita mitos ini. Tetapi bagi kami meyakininya dalam konteks sekedar meyakini adanya tentang makhluk gaib atau bangsa jin,” imbuh Bahtiar.
Dia menambahkan, DAS Sebangau sendiri merupakan aliran sungai yang identik berwarna hitam. Kemudian, di sepanjang pinggiran alirannya banyak ditumbuhi pepohonan, khususnya pohon rasau serta berbagai ikan lokal, seperti, Gagus, Toman, Kerandang, Tapah, Lais, Papuyu (betok), kapar dan sejumlah hewan lainnya.
“Terkait mitos tentang adanya istana kerjaan gaib ini pasti ada yang percaya dan tidak percaya, dan itu hal biasanya. Tetapi kami warga disini meyakininya, hingga berinisiatif untuk mencari pawang, ” tukasnya.
“Sehari sebelum adanya laporan dari bos atau pemilik salah satu bandsaw yang pekerjanya (korban) diterkam buaya. Saya bersama warga sudah bermusyawarah untuk mencari pawang dengan harapan buaya pemangsa tidak lagi memakan korban, dan kami siap mengganti segala sesuatu dan hal lainnya, pawang yang kita maksud disini tentu pawang yang asli bukan abal-abal hanya mencari sensasi atau mencari materi,” pungkasnya. (nk-2)