NUSAKALIMANTAN.COM, Kuala Kapuas – Mengawali 1 Rajab 1444 Hijriah bertepatan tahun Masehi Senin (23/1) pukul 09.00 WIB, bertempat di Rumah Kepala Desa Budi Mufakat Hendy Moerdiono, di Handel Sari Bersama Desa Budi Mufakat Kecamatan Bataguh, dilaksanakan acara peringatan Isra’Mi’raj, Haul Mantir Rahmaniah binti H Jamal dan Aqiqah.
Hadir dalam acara kegiatan tersebut Kepala Desa Budi Mufakat Hendy Moerdiono didampingi para perangkat desa, anggota BPD, Ketua RT, para habib yang merupakan tokoh agama dari beberapa daerah, tokoh masyarakat, Babinsa Serda M. Iderus, Polmas Rizal, Faturrahman dari KPHL dan pendamping desa Rijali Rahman serta jemaah putra, putri anak anak yang datang dari berbagai desa yang sudah memenuhi tempat acara sehari sebelumnya.
Kepala Desa Hendy Moerdiono mengatakan dilaksanakan acara keagamaan secara bersamaan ini adalah upaya kita menjalin silaturahmi sekaligus mengumpulkan keluarga, sanak saudara, handai tolan, para habib dan alim ulama, tokoh masyarakat, tokoh agama serta seluruh warga masyarakat desa kita,
“Disamping melakukan perayaan kita jika mendoakan Almarhumah orang tua kita yang telah meninggal, menggelar tasyakuran dan mbwri nama anggota keluarga kita yang baru lahir dengan mengambil keberkahan disaat perayaan Isra mi’raj ini. Mengambil barokah dari berkumpulnya para Habib dan Alim ulama,” sebut Hendy Moerdiono.
Acara diisi dengan pengajian, pembacaan ayat suci Al Quran, mendengarkan syair syair dan pembacaan surah Yassin serta uraian sejarah tentang Umar bin Abdul Aziz yang disampaikan disampaikan oleh Habib Muhammad Bahaudin Bin Shihab yang biasa dipanggil Gus Baha yang berasal dari Malang Jawa Timur,
“Kepemimpinan yang adil dari seorang pemimpin seperti Umar bin Abdul Aziz ini, satu hari sama dengan 70 tahun ibadah yang dilakukan. Saking adilnya, Umar bin Abdul Aziz, pernah suatu ketika berjalan dilorong kota Mekkah bertemu bangkai Ular lalu di kafani dan dikuburkan,” ungkap Habib Bahaudin Bin Shihab.
Dilanjutkan Gus Baha lagi, malamnya, beliau bermimpi bertemu ular yang dimakamkan tadi, yang ternyata adalah jelmaan jin. Jin tersebut hidup pada jaman Rasulullah SAW. Dijaman itu di katakan oleh Muhammad Rasulullah SAW, kalau jin itu nanti akan dikuburkan oleh pemimpin yang paling adil. Maka benar saja, pada saat bertemu dengan Umar bin Abdul Aziz, jin tersebut menjelma menjadi ular tersebut dalam keadaan mati dan dikuburkan Umar bin Abdul Aziz, Subhanallah, Itulah salah satu pertanda Umar bin Abdul Aziz adalah seorang yang adil selain tanda tanda lainnya,
“Maka tidak bisa kita hindari akan kenyataan dan kebenaran kalau negara yang makmur adalah buah dari seorang pemimpin yang baik dan adil. Begitu juga sebaliknya, rusaknya negara karena pemimpin yang tidak adil dan tidak baik, itu adalah sebuah fakta yang nyata,” ujar Habib Muhammad Bahaudin.
Mengurai tentang makna Isra mi’raj Habib Muhammad Bahaudin menguraikan, kalau peristiwa itu adalah perjalanan Rasulullah SAW dari Mekkah menuju Msjidil Aqsa yaitu Isra dan dari mesjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha atau langit ke tujuh yaitu Mi’raj. Perjalanan tersbut adalah bertemunya Rasulullah atas kehendak Allah SWT untuk menjemput sholat, Rasulullah SAW juntungan kita diminta bertemu Allah SWT, tanpa permohonan atau proposal istilah orang sekarang,
” Hal ini beda dengan nabi Musa AS yang ingin bertemu, walau sudah puasa 40 hari, sebelumnya 30 hari tapi karena bersiwak lalu ditambah sepuluh hari lagi, itupun hanya mendengar suara dari Allah SWT, karena itulah ketika perintah shalat 50 kali sehari itu, setelah beberapa kali bolak balik ke hadapan Allah hasil diskusi dan demi untuk Ummatnya menjadi 5 waktu shalat,” terang Gus Baha.
Memaknai akan Khaul Mantir Rahmaniah binti H Jamal yang juga ibunda dari Kades Budi Mufakat Hendy Moerdiono, Habib Baha mengatakan kalau orang didalam kubur sana laksana orang yang sedang tenggelam dan doa doa yang dipanjatkan anak, kerabat dan keturunannya g Soleh adalah laksana pertolongan untuk menyelamatkan mereka, laksana menarik mereka dari ketiak berdayaan disaat tenggelam tadi,
“Sementara berikan nama atau Aqiqah adalah sebuah awal yang baik. Terlebih lagi kalau nama itu adalah doa atau harapan dari oang tua, makanya harus tepat makna dari pemberian nama tersebut,” pungkas Habib Muhammad Bahaudin. (wan)