Minggu , 27 Juli 2025

Kebohongan Terkuak Akhirnya Anakpun Sok Berat dan Prahara Terjadi

NUSAKALIMANTAN.COM, Kuala Kapuas – Menyimak sebuah persembahan Teater Modern Bumi Kereta karya Adjim Arijadi yang digarap sutradara muda yang merupakan anak dari beliau Hijromi Arijadi Putra. Dimainkan para pemain berbakat Sabda Fatih Ramadhan, Siti Salwa Samsul, Esti Yuliana, Ernia Sary Tiakoly, M Azmi Arif, M Arya, Zainun Abdilah, Zainuri Abdilah, Muhammad Amin dan Dwi Handoko. Dengan Tempat Pementasan Gedung Balairung Taman Budaya Jalan Brigjen Hasan Basri Banjarmasin. Pada Sabtu (26/7) pukul 16.00 WITA dan 20.00 WITA.

Dimana sebuah rumah mewah dengan orang orang dimasa lalu yang tak pernah usai. Ketika kenangan perjuangan bertemu kenyataan zaman. Apa yang tersisa dari idealisme yang dulu diperjuangkan? Dalam teater Bumi Kereta ini bukan sekedar lakon keluarga, tapi sebuah pertarungan antara kehormatan dan kemapanan. Antara suara rakyat dan suara hati.

Ketika semua meledak dalam suatu ruang. Siapa yang sanggup duduk dikursi kebenaran. Kebohongan terkuak, misteri terungkap, penghianat tersibak, anak yang seharusnya mengetahui tentang kebenaran menjadi sok berat ketika mengetahui hal sebenarnya. Mengapa orang tuanya selama ini diam dan membiarkan terlena.

Berawal dari berkumpulnya para pejuang di masa lalu dirumah mewah pimpinan Mardud yang ternyata telah berubah. Istri komandan Halimah bukan lagi istri dan setelah dalam kemerdekaan perannya diganti dengan wanita lain. Lalu ada misteri anak wanita Naura dari komandan. Kedatangan Jantan sebagai anak dari istri pertama Halimah membuat gerah istri muda. Terlebih kondisi komandan setelah perang dengan sahwat tak berfungsi dikuak Halimah.

Lalu selama ini baik Komandan Mardud maupun Istri muda merahasiakan tentang kebenaran dan membuatkan anak tumbuh dalam sandiwara kebohongan. Ketika pengakuan salah satu anak buah yang mengaku ada hubungan membuat prahara berdarah terjadi dengan letupan pistol.

“Mereka yang dulu tidak ikut berjuang disaat merdeka, tak akan mengetahui susahnya masa perjuangan. Lalu dengan seenak perut disaat merdeka tidak menghargai para pejuang,” ungkap salah satu pemeran yang bisa kita simpulkan menggambarkan keadaan carut marut suasana sebuah negara.

Hijromi Arijadi Putra mengatakan Bumi Kereta adalah sebuah suara dari alam membara. Merupakan sebuah persembahan untuk mengenang H Adjim Arijadi yang menggugah kesadaran dan menulis dengan nurani sejarah keberpihakan pada rakyat. Ini bukan hanya cerita tetapi menyusun panggung sebagai ruang pengadilan nilai antara yang pernah berjuang dan yang kini terlena dalam kekuasaan,

“Kita mengajak penonton selaku pewaris masa depan untuk tidak hanya menyaksikan lakon. Tapi juga ikut menyimak gema nilai nilai yang pernah menggerakkan bangsa. Karena drama ini adalah realitas yang menggedor keheningan zaman. Tokoh tokoh lahir dari denyut perjuangan. Luka penghianatan dan pertarungan bathin yang tidak selesai walau kemerdekaan telah diumumkan,” ungkap Hijromi Arijadi Putra (wan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *