Selasa , 19 Agustus 2025
Sahli Gubernur Yuas Elko bersama Kepala BPS Prov Kalteng Agnes Widiastuti pada Press Release Berita Resmi Statistik Kalimantan Tengah

BPS Kalteng Rilis Statistik Juni 2025: Inflasi 0,32 Persen, NTP Turun, Ekspor Melemah

NUSAKALIMANTAN.COM, Palangka Raya – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah (Prov. Kalteng) merilis Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Juni 2025 beserta sejumlah indikator strategis lainnya, Selasa (1/7/2025) bertempat di Ruang Vicon BPS Prov. Kalteng. Pemaparan disampaikan langsung oleh Kepala BPS Provinsi Kalimantan Tengah Agnes Widiastuti, didampingi oleh Staf Ahli Gubernur (Sahli) Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan Yuas Elko.

Dalam laporannya, BPS mencatat inflasi Provinsi Kalimantan Tengah pada Juni 2025 sebesar 0,32 persen (month-to-month). Inflasi tahunan (year-on-year) tercatat sebesar 1,06 persen, dan inflasi tahun kalender sebesar 1,08 persen. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang utama inflasi bulanan dengan andil sebesar 0,21 persen yang disebabkan oleh naiknya harga bawang merah, ikan peda, dan cabai rawit, dan sigaret kretek mesin (skm).

Di sisi lain, beberapa komoditas justru menyumbang deflasi, seperti beras, ikan nila, ikan patin, ikan baung dan bensin. Empat wilayah pantauan di Kalimantan Tengah mengalami inflasi (month-to-month) yaitu Kapuas (0,46%), Sampit (0,43%), Palangka Raya (0,19%), dan Sukamara (0,06%).

Bersamaan dengan itu, BPS juga merilis Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Tengah yang pada Juni 2025 mengalami penurunan sebesar 1,68 persen, dari 134,29 menjadi 132,04. Penurunan ini dipicu oleh turunnya harga yang diterima petani (It) sebesar 1,40 persen, dan naiknya harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,28 persen. Dari lima subsektor, empat mengalami penurunan NTP: Tanaman Pangan (-0,28%), Perkebunan Rakyat (-2,45%), Peternakan (-0,83%), dan Perikanan (-0,51%). Hanya subsektor hortikultura yang mencatat kenaikan NTP sebesar 1,19 persen dan perikanan budidaya sebesar 1,48 persen.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) juga ikut menurun sebesar 1,77 persen, dari 138,71 menjadi 136,26, mencerminkan tekanan pada biaya produksi dan daya beli petani.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *